KARAKTERISTIK BATIK DENGAN MOTIF DAERAH SUBULUSSALAM
Abstract
Batik merupakan warisan turun-temurun yang tersebar luas hampir di seluruh wilayah Indonesia, setiap daerah memiliki motif batik dengan ciri khas dan karakteristik yang membedakan dari setiap daerahnya. Subulussalam yang baru saja mengembangkan batik pasca tsunami, yang dimana pada daerah batik Subulussalam memiliki motif batik yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami karakteristik motif batik daerah Subulussalam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan menggunakan instrumen human instrument dengan menggunakan 2 metode instrumen yaitu observasi partisipan dan wawancara terstruktur. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa; Batik tulis pada daerah Subulussalam memiliki 3 ciri yaitu motif batik, penyusunan motif batik, dan pewarnaan pada motif batik; Terdapat 8 motif utama yang terdiri dari 6 motif flora seperti pohon kelapa sawit, buah salak, buah durian, daun sirih, buah pinang, dan bunga kenanga lalu 1 motif flora yaitu burung rangkong dan 1 motif geometris monumen tugu Subulussalam; motif yang dihasilkan dari daerah Subulussalam lebih menggambarkan tentang sumber daya alam dan sumber mata pencarian bagi masyarakat setempat; Motif pada batik Subulussalam lebih cenderung menggunakan susunan secara diagonal, horizontal, dan penyusunan secara penuh pada kain; Pewarnaan pada motif batik ini menggunakan warna yang disesuaikan dengan warna asli dari objek yang digambarkan, dan dikombinasikan dengan menggunakan warna khas daerah Subulussalam yaitu warna tabir (warna latar/warna latar belakang) yang terdiri dari 5 warna yaitu hitam, putih, merah, kuning, dan biru. hijau.
Kata Kunci : Karakteristik motif batik. Batik. Motif batik daerah Subulussalam.
Full Text:
PDFReferences
Ahmad, F. (2016). Pembuatan Batik Tulis Khas Makassar Karya Istinana Di Makassar. Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3), 248–253.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah
Volume 9, Nomor 1:32-41
Februari 2024
Arikunto, S. 2016 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Cosmos Gatot Haryono. 2020. Ragam Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi. Jawa Barat. CV
Jejak, anggota IKPI
Ernawati. (2019). Kajian Estetika Seni Batik Kontemporer Melalui Karya Kolaborasi Seniman Agus Ismoyo-Nia Fliam. Studi Budaya Nusantara, 3(1), 66–83. https://doi.org/10.21776/ub.sbn.2019.003.01.05
Eskak, E., & Salma, I. R. (2015). Pengembangan Motif Batik Khas Aceh Gayo Development Batik Motif Aceh Gayo. 12–21.
Falah, F. (2018). Estetika Batik Tulis Motif “Bintang Laut” Pekalongan, Jawa Tengah (Kajian Estetika). Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra, 13(1), 16. https://doi.org/10.14710/nusa.13.1.16-25
Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Lisbijanto, Herry. (2019). Batik Edisi 2. Yogyakarta: Redaksi Histokultura.
Mifzal, Abiyu. (2012). Mengenal Ragam Batik Nusantara. Jogja: avalitera.
Naimah, L. (2013). ANALISIS BATIK “ JOGYA ISTIMEWA” KARYA IRAWAN HADI.
Nursapiah. (2020). Penelitian kualitatif. Nucl. Phys., 13(1), 1–199.
Prasetyo, S. A. (2016). Karakteristik Motif Batik Kendal Interpretasi dari Wilayah dan Letak Geografis. Jurnall Imajinasi, 10(1), 51–60. https://doi.org/10.15294/imajinasi.v10i1.8816
Sharfina, G., Studi, P., Tata, P., Ilmu, J., Keluarga, K., Teknik, F., & Jakarta, U. N. (2016). Kajian Motif Batik Tulis Garutan.
Syakir. (2018). Ekspresi Seni Berbasis Lingkungan Pesisiran (Kajian Eksploratif Pengembangan Desain Batik Mangrove Semarang Sebagai Wujud Konservasi). Indonesian Journal of Conservation, 7(2), 87–98.
Sugiyono. (2013). Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
………….. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Utami, Rizki. (2014). Ensiklopedia Batik dan Kain Hias Nusantara. Bandung: CV Angkasa.
Refbacks
- There are currently no refbacks.