Analisis Pengembangan Thresher Dan Combine Harvester Untuk Produktifitas Padi Di Kabupaten Pidie
Abstract
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengetahui pola pengembangan alat dan mesin pertanian berupa Thresher dan Combine Harvester, menentukan strategi yang seharusnya dipilih untuk pengembangan Thresher dan Combine Harvester untuk meningkatkan produktivitas padi, memberikan rekomendasi kebijakan yang harus dilakukan pemerintah pusat/daerah untukmengembangkan Thresher dan Combine Harvester.Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan melakukan wawancara 200 petani, 20 penyuluh dankumpulan datayang diperoleh dari 2 (dua) instansi pemerintah yaitu: Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pidie dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pidie. Pengembangan Thresher dan Combine Harvesterdi Kabupaten Pidie Provinsi Aceh yang meliputi 8 Kecamatan yang terdiri dari 4 Kecamatan maju yaitu Kecamatan Mila, Padang Tiji, Sakti, Tangse dan 4 Kecamatan kurang maju yaitu: Kecamatan Batee, Grong Grong, Mutiara, Simpang Tiga.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan lahan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas padi, semakin besar luas lahan semakin meningkatkan produksi padi, begitu juga sebaliknya semakin kecil luas lahan tingkat produksi padi semakin kecil. Oleh karena itu luas lahan sangat membantu meningkatkan produktivitas padi. Terdapat hubungan antara luas lahan pertanian dengan pengembangan Thresher dan Combine Harvester di sector pertanian, ketika luas lahan meningkat atau menurun Thresher dan Combine Harvester akan terus meningkat tiap tahunnya, luas lahan sawah dari tahun 2011 sampai 2016 tetap sama 29.779 Ha. Sedangkan jumlah Thresher 376 Unit, Combine Harvester 31 Unit. Menurut prsepsi masyarakat persentase penggunaan Thersher lebih banyak dari pada Combine Harvester yaitu 71% petani menggunakan Thresher, sebaliknya 29% petani menggunakan Combine Harvester. Biaya pemotongan dan perontokan menggunakan Thresher Rp.660.000, sedangkan biaya pemanenan menggunakan Combine Harvester Rp.600.000 dalam 1 Naleh lahan sawah.
Analysis of Thresher and Combine Harvester Development for Rice Productivity in Pidie District
Abstract. Abstract. This study aims to examine and understand the pattern of agricultural tool and machine development in the form of Thresher and Combine Harvester, to determine the strategy that should be chosen for the development of Thresher and Combine Harvester to improve rice productivity, to provide policy recommendation to be done by central / regional government to develop Thresher and Combine Harvester This research uses observation method by interviewing 200 farmers, 20 counselors and collection of data obtained from 2 (two) government agencies, namely: Central Bureau of Statistics (BPS) of Pidie Regency and Food Crops Office of Pidie Regency. The development of Thresher and Combine Harvester in Pidie District of Aceh Province covering 8 sub-districts consisting of 4 sub-districts namely Mila sub-district, Tiji, Sakti, Tangse and 4 less developed sub-districts: Batee, Grong Grong, Mutiara, Simpang Tiga.Hasil from research this shows that the availability of land to be one of the factors affecting rice productivity, the greater the land area increasingly increasing rice production, and vice versa the smaller land area of rice production level is smaller. Therefore, the area of land is very helpful to increase rice productivity. There is a relationship between farmland with the development of Thresher and Combine Harvester in the agricultural sector, when the land area increases or decreases Thresher and Combine Harvester will continue to increase each year, the area of rice fields from 2011 to 2016 remained the same 29,779 ha. While the number of Thresher 376 Units, Combine Harvester 31 Units. According to the public perception percentage of Thersher use more than the Combine Harvester is 71% farmers use Thresher, on the contrary 29% of farmers use Combine Harvester. The cost of cutting and threshing using Thresher Rp.660.000, while the cost of harvesting using Combine Harvester Rp.600.000 in 1 Naleh wetland.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Badan Pusat Statistik. 2004. Perkembangan Jumlah Alsin Tanaman Pangan 1994-2002.
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. 2012. Berita Resmi Statistik. Badan Pusat Statistik. Jakarta. http://www.bps.go.id/brsfile/aram. di akses 04 Juli 2017.
Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, 2001. Laporan Pertumbuhan Sumberdaya Pertanian.
Burhanudin, M. 2012. Pertanian Penyumbang Utama Pertumbuhan Ekonomi Aceh. http://ekonomi.kompas.com/read/2012/03/14/18413770/pertanian-penyumbang-utama-pertumbuhan-ekonomi-Aceh. di akses 22 Juli 2017.
Dinas Pertanian Kabupaten Pidie. 2016. Data Pertanian Dan Pangan Kabupaten Pidie 2011-2016
Hasibuan, F. 1999. Kajian Teknis dan Ekonomis Pemakaian Head Feed Combine Harvester ( CA 385 EG ) Di Daerah Sukamadi, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Penerbit IPB Press. Bogor.
Junaidi, 2004. Laporan Tahunan Kasubdin Bidang Usaha Tani. PenerbitDinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Pidie.
Kurniawan. A. 2014. Kekuatan Perekonomian Aceh di Bidang Pertanian. http://www.kompasiana.com/arifkurniawan-bps/kekuatan-perekonomian-aceh-di-pertanian-benarkah-54f3ce93745513972b6c806d. di akses 05 Agustus 2017
Nanda, M, A dan Solahudin. M, 2015. Peran Pemerintah pada Pengembangan Strategi Mekanisasi Pertanian di Indonesia: Pendekatan Analisis SWOT. Penerbit IPB Press, Bogor.
DOI: https://doi.org/10.17969/jimfp.v3i2.7422
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian
JIM Agribisnis|JIM Agroteknologi|JIM Peternakan|JIM Teknologi Hasil Pertanian|JIM Teknik Pertanian|
JIM Ilmu Tanah|JIM Proteksi Tanaman|JIM Kehutanan
E-ISSN: 2614-6053 | 2615-2878 | Statistic | Indexing | Citation | Dimensions
Alamat Tim Redaksi:
Fakultas Pertanian,Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3, Kopelma Darussalam,
Banda Aceh, 23111, Indonesia.
Email:jimfp@usk.ac.id