Analisis Perbandingan Struktur Biaya pada Tiga Sistem Budidaya Udang Pasca Tsunami di Aceh

Sitti Maghfirah, Irfan Zikri, Agus Nugroho

Abstract


Terdapat tiga sistem budidaya udang yang dilakukan yaitu, tradisional, semi intensif dan intensif. Pada dasarnya ke 3 sistem tambak ini memiliki perbedaan yang terletak pada struktur fisik tambak, penggunaan teknologi, dan jumlah pemberian pakan serta obat-obatan. Dalam budidaya udang masing-masing sistem memiliki perbedaan biaya yang digunakan. Struktur biaya pada ketiga sistem budidaya udang ini dapat menentukan tingkat pendapatan petambak yang diperolehnya. Apabila para petambak efesien dalam pengelolaan biaya maka hasil yang didapatkan akan lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur biaya dari tiga sistem budidaya tambak udang tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa biaya tetap (fixed cost) tertinggi selama budidaya adalah sistem intensif, selanjutnya secara berurutan yaitu semi intensif dan tradisional vaname serta windu. Sedangkan biaya tidak tetap (variabel cost) tertinggi selama budidaya adalah sistem intensif, selanjutnya secara berurutan yaitu semi intensif dan tradisional vaname serta windu. Total biaya produksi (total cost) tertinggi selama masa budidaya adalah sistem intensif, selanjutnya secara berurutan yaitu semi intensif dan tradisional vaname serta windu. Total penerimaan (total revenue) tertinggi selama masa budidaya yaitu sistem intensif, kemudian secara berurutan yaitu semi intensif dan tradisional vaname serta windu. Setelah dilakukan analisis pendapatan maka didapatkan total pendapatan tertinggi selama masa budidaya yaitu sistem tradisional vaname kemudian tradisional windu, sedangkan semi intensif dan intensif mengalami kerugian.


Keywords


Budidaya udang, sistem budidaya, struktur biaya;

Full Text:

PDF

References


Amri. (2008). Budidaya Udang Vannamei Secara Intensive, Semi Intensive dan Tradisional. Gramedia Pustaka Utami. Jakarta.

Atjo, H. (2013). Inovasi budidaya udang.Lebih efisien dengan supraintensif.Sistem supraintensif mampu mengatrol produksi udang. Surat kabar Agrina (Inspirasi Agribisnis Indonesia) ”Bisnis Udang Inovasi Baru Pemicu Produksi. Jakarta.

Babu, D., Ravuru, J. N., & Mude. (2014). Effect of Density on Growth and Production of Litopenaeus vannamei of Brackish Water Culture System in Summer Season with Artificial Diet in Prakasam District, India. American International Journal of Research in Formal, Applied, & Natural Sciences.

Badan Pusat Statistik Indonesia. (2018). Statistik Indonesia Tahun 2018. Jakarta Pusat.

FAO. (2005). An assessment of the impacts of the 26th December 2004 earthquake and tsunami on aquaculture in the Provinces of Aceh and North Sumatra, Indonesia.

Farchan, M. (2006). Teknik Budidaya Udang Vannamei. Penerbit BAPPL-STP. Serang.

Ghufran, M., & Kordi. (2011). Budidaya 22 Komoditas Laut Untuk Kosumsi Lokal dan Ekspor. Andi Offset. Yogyakarta.

Hadi. (2014). Struktur Biaya Budidaya Ikan Hias Air Tawar Studi Kasus Pada Tiga Usaha Di Kab. Bogor.

Hamdi, & Bahruddin. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan. Deepublish. Yogyakarta.

Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2009). Akuntansi Manjerial Terjemahan Deny Arnos. Salemba Empat. Jakarta.

Rantung, I. (2002). Analisis Biaya Panen Cengkeh di Desa Kombi. Fakultas Pertanian Unsrat.

Taukhid. (2006). Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan Riset Kesehatan Ikan. Bogor.

Zainun, I., Suseno, B., Yanis, R., & Mifftachhuddin, C. A. (2007). Socio-Economic Aspects of Brackish Water Aquaculture (Tambak) Production in Nanggroe Aceh Darussalam. Bogor.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian

 

 


E-ISSN: 2614-6053 2615-2878 Statistic Indexing | Citation | Dimensions


Alamat Tim Redaksi:
Fakultas Pertanian,Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3, Kopelma Darussalam,
Banda Aceh, 23111, Indonesia.
Email:jimfp@usk.ac.id