Anatomi Komparatif Skeleton Appendiculare Pada Itik (Anas Platyrhynchos) dan Entok (Cairina Moschata)
Abstract
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik morfologi dan morfometri tulang-tulang pembentuk skeleton appendiculare antara itik (Anas platyrhynchos) dan entok (Cairina moschata). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa itik jantan (n=3) berumur 1 tahun dengan bobot badan 2-3 kg dan entok jantan (n=3) berumur 1 tahun dengan bobot badan 3-4 kg. Itik dan entok disembelih lalu dilakukan pemisahan (preparir) bulu, kulit, otot-otot dan organ-organ visceral. Setelah proses preparir, preparat direndam dalam larutan deterjen selama enam hari. Tulang-tulang penyusun skeleton appendiculare itik dan entok dipisahkan dari tulang tubuh lainnya. Proses pengawetan tulang dilakukan dengan merendam tulang-tulang dalam larutan formalin 5 % selama tiga hari kemudian dikeringkan pada suhu ruang. Setelah kering dilakukan pengamatan secara morfologi dan morfometri. Data morfologi dianalisis secara deskriptif sedangkan data morfometri dianalisis dengan uji t (P<0,05). Berdasarkan pengamatan tulang-tulang pembentuk skeleton appendiculare terbagi atas dua kelompok tulang, yaitu ossa membri thoracici dan ossa membri pelvinae. Secara morfologi tulang-tulang pembentuk skeleton appendiculare itik dan entok memiliki bentuk yang sama, akan tetapi beberapa tulang entok lebih besar dibandingkan tulang-tulang itik. Secara morfometri ukuran beberapa tulang entok berbeda nyata dengan tulang-tulang itik (P<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tulang-tulang pembentuk skeleton appendiculare itik dan entok memiliki bentuk yang sama namun beberapa tulang berbeda ukurannya.
Kata kunci: Itik, entok, skeleton appendiculare, morfologi dan morfometri.
ABSTRACT
This study aims to identify the morphological characteristics and morphometry of skeleton appendiculare ducks (Anas platyrhynchos) and muscovy ducks (Cairina moschata). The sample used in this study was drakers (n = 3) aged 1 year with a body weight of 2-3 kg and male muscovy (n = 3) aged 1 year with a body weight of 3-4 kg. Each of duck was slaughtered and then separated (for preparir section) to removed feathers, muscles, and visceral organs. After the preparation process the sample was soaked in detergent solution for six days. The skeletal bones that form ducks and muscovy ducks skeleton appendiculare were separated from other bones and subsquently. Soaked in 5% formalin solution for three days then drying it at room temperature. After drying, morphology and morphometry of bones were observed. Morphological data were analyzed descriptively while morphometric data were analyzed by student t test. Based on observations, the bones forming the appendicular skeleton were divided into two groups of bones, namely the thoracic bones and the pelvinae membrane. Morphologically the bones forming the appendiculare skeleton of ducks and Muscovy ducks have the same shape, but some Muscovy duck bones were larger than the bones of ducks. Morphometrically, the sizes of some Muscovy duck bones were significantly different from those of ducks (P<0.05). The conclusion of this study is that the bones forming the appendiculare skeleton of ducks and Muscovy ducks have the same shape but several bones differ in size.
Keyword: Ducks, muscovy duck, skeleton appendiculare, morphology, and morphometry.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Agriflo. (2012). Itik: Potensi Bisnis dan Kisah Sukses Praktisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Brahmantiyo, B., Mulyono, R.H. dan Sustisna, A. (2006). Ukuran dan bentuk itik pekin (Anas Platyrhynchos), entok impor dan entok lokal (Cairina Moschata). Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional. Bogor, 28 Agustus 2018. Hal: 266-272.
Campbell, N.A., Reece, J.B. dan Mitchell, L.G. (2004). Biologi Edisi 5 Jilid 3. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Colville, T. and Bassert, J.M. (2002). Clinical Anatomy and Physiology for Veterinary Technicians. Elsevier, Canada.
Fathmarischa, N., Sutopo dan S. Johari. (2013). Ukuran tubuh entok di tiga kabupaten provinsi jawa tengah. Sains Peternakan. 11(2): 106-112.
Hapsari, R.K., Sutiono dan Sutopo. (2014). Heritabilitas ukuran tubuh branti hasil persilangan antara itik (Anas plathyrynchos) dan entok (Cairina moschata) umur 1-4 minggu di kabupaten Brebes Jawa Tengah. Animal Agriculture Journal, 3(4): 612-624
International Committee on Veterinary Gross Anatomical Nomenclature. (2005). Nomina Anatomica Veterinaria. Edisi Kelima. Editorial Committee, Hannover (DE).
Kurniawan, N. dan Arifianto, A. (2017). Ornitologi: Sejarah, Biologi, dan Konservasi. UB Press, Malang.
Morrison, M.L., Rodewald, A.M., Voelker, G., Colon, M.R. and Prather, J.F. (2018). Ornithology: Foundation, Analysis, and Application. John Hopkins University Press, Baltimore
Muharlien, Sudjarwo, E., Harmiati, A. dan Setyo, H. (2017). Ilmu Produksi Ternak Unggas. UB Press, Malang.
Murtidjo, B. A. (1992). Mengelola Itik. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Nasution, I., Mutia, S. dan Hamny. (2013). Rasio ketebalan dinding terhadap diameter tulang humerus ayam kampung (Gallus domesticus) dan burung merpati (Columba domestica). Jurnal Medika Veterinaria. 7(1): 1-3.
Nurhidayat, Nisa, C., Agungpriyono, S., Setijanto, H., Novelina, S. dan Supratikno. (2014). Osteologi dan Miologi Veteriner. IPB Press, Bogor.
Ranto dan Sitanggang, M. (2005). Panduan Lengkap Beternak Itik. PT Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan.
Rylander, K. (2002). The Behavior Of Texas Bird. University Of Texas Press, Austin.
Setiawan, W. (2005). Seri Life Skill: Beternak Itik Manila (Entok). PT Musi Perkasa Utama, Jakarta.
Setioko, A.R., L.H. Prasetyo, dan B. Brahmantiyo. (2002). Karakteristik Produksi Telur Itik Bali Sebagai Sumber Plasma Nutfah Ternak. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 28 Agustus 2018. Hal: 1-4
Suharno, B. (1996). Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suryana. (2011). Karakteristik fenotipik dan genetik itik alabino (anas platyrhynchos borneo) di kalimantan selatan dalam rangka pelestarian dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Tesis. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suryawan, I.M.E., Sampurna, I.P. dan Suatha I.K. (2017). Pola pertumbuhan dimensi panjang alat gerak tubuh itik bali betina. Buletin Veteriner Udayana. 9(2): 178-186.
Vegasari, M.R., Mardiati, S.M. dan Yuniwarti, E.Y.W. (2018). Tingkah laku makan dan minum itik magelang (anas javanica) setelah pemberian cahaya merah dan putih serta kurkumin dalam pakan. Jurnal Biologi. 7(1):26-34.
Wulandari, D., Sunarno, T.R. Saraswati. (2015). Perbedaan somatometri itik tegal, itik magelang dan itik pengging. Jurnal Biologi. 4(3): 16-22.
Yakubu, A. (2011). Discriminant analysis of sexual dimorphism in morphological traits of african muscovy ducks. Arch. Zootec. 60(232): 1115-1123.
Yana, A., Setiawan, I. dan Garnisa, D. (2016). Eksplorasi tingkah laku entok (Cairina moschata) mengerami telur itik pada pemeliharaan basah dan kering. Jurnal Unpad. 5(4): 1-11.
DOI: https://doi.org/10.21157/jim%20vet..v7i2.26102
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2023 JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.